SEMANGAT Pasti Bisa Kuliah!!!

rss

Kamis, 11 Februari 2010

Agar Sarjana tidak Menganggur

Oleh : Sri Laili Hidayati

Salah satu tujuan dari menempuh pendidikan di perguruan tinggi adalah agar mudah memperoleh pekerjaan dengan gaji yang memuaskan.

Bagi mayoritas masyarakat kita, tujuan tersebut bisa dijabarkan lagi, yaitu agar bisa bekerja di perusahaan besar, BUMN, atau menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Namun yang terjadi sering kali tidak sesuai dengan harapan alias jauh panggang dari api. Alih-alih bekerja di perusahaan besar atau menjadi PNS, memperoleh pekerjaan yang layak dengan gaji pas-pasan saja susahnya minta ampun. Setelah lulus dari perguruan tinggi dan meraih gelar sarjana juga belum menjadi jaminan bisa memperoleh pekerjaan yang diidam-idamkan. Itu sebabnya, menurut data BPS, ada sekitar 700.000 sarjana yang menganggur saat ini.

Kondisi seperti ini memang menyedihkan. Padahal, pada bulan Februari 2006, BPS merilis data pengangguran terbuka dari kalangan sarjana sebesar 375.601 dari total 11.104.693 penganggur (3,38 persen). Sedangkan saat ini diperkirakan 6,76 persen penganggur terbuka adalah sarjana. Berarti ada kenaikan 100 persen dibanding 3 tahun yang lalu. Sungguh kenaikan yang sangat signifikan!

Tingginya angka pengangguran dari kalangan sarjana sering menimbulkan persepsi bahwa ini adalah akibat dari kegagalan sistem pendidikan kita, terutama pendidikan tinggi. Kita gagal mengubah cara pandang dan pola pikir mahasiswa bahwa kuliah itu memang hanya untuk meraih gelar sarjana yang ujung-ujungnya mencari pekerjaan. Jadi tidak mengherankan jika masih banyak pernyataan dari mahasiswa sendiri bahwa mereka menunda-nunda menyelesaikan kuliahnya karena khawatir tidak memperoleh pekerjaan setelah diwisuda.

Menciptakan Lapangan Kerja

Melihat jumlah pengangguran yang masih cukup tinggi, kita sering mendengar imbauan agar kita tidak mencari pekerjaan, tetapi menciptakan lapangan pekerjaan. Slogan "menciptakan lapangan kerja" memang sebaiknya terus digelorakan. Lebih baik lagi jika slogan ini dimasukkan ke dalam sistem pendidikan kita dengan penjabaran yang mendukung: bagaimana agar lulusan perguruan tinggi memang benar-benar disiapkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Paling tidak harus ada gebrakan untuk mengubah pola pikir dan paradigma mahasiswa (sebagai orang yang berpendidikan paling tinggi) bahwa pekerjaan itu tak selalu harus dicari, tetapi bisa diciptakan; bahwa menjadi wirausahawan itu juga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup.

Jika kita lihat secara kasar, menjadi wirausahawan bukanlah pekerjaan favorit para sarjana. Mayoritas masih tetap menginginkan untuk bekerja sebagai karyawan, lebih berbahagia lagi kalau bisa menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Itu sebabnya banyak sarjana yang menunggu dan terus menunggu hingga memperoleh pekerjaan atau menjadi PNS. Membuat lapangan kerja sendiri? Ah, itu tidak mungkin, susah, tidak ada modal, banyak saingan, sering gagal, tidak bonafide, kalau jadi wirausahawan buat apa kuliah, dan sebagainya. Begitulah pandangan yang sering kita dengar.

Tentu tidak masuk akal jika para sarjana yang tak memperoleh pekerjaan terus menunggu pekerjaan. Sementara waktu terus berlalu dan berbagai macam kesempatan terlewatkan.

Untuk membantu para sarjana, sebaiknya pihak perguruan tinggi bisa bekerja sama dengan para wirausahawan yang telah berhasil memperoleh penghasilan dengan menekuni usahanya sendiri. Kerja sama itu bisa dalam bentuk seminar mengenai peluang usaha, pelatihan tepat guna, peninjauan lokasi usaha, serta menjadikan para wirausahawan sebagai mitra kampus.

Diharapkan para mahasiswa bisa tertarik untuk menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri. Mereka pun tak perlu khawatir usahanya gagal total karena ada mitra yang siap membantu dan bekerja sama.

Tentu banyak sekali usaha yang bisa ditekuni para sarjana ketika pekerjaan "resmi" tak kunjung didapat. Peluang dari usaha pertanian dan peternakan, misalnya, masih berpotensi menghasilkan penghasilan yang tinggi, apalagi jika yang dihasilkan adalah produk ekspor. Contoh peluang usaha yang sederhana adalah dengan beternak ikan lele, belut, gurami, dan sebagainya. Sedangkan peluang usaha dari sektor pertanian adalah budi daya jamur ling zhi, jamur merang, dan jamur tiram. Permintaan terhadap jamur ini diperkirakan sangat tinggi, bahkan sampai diekspor.

Apa yang penulis utarakan di atas tentu sekadar contoh karena sudah banyak yang berhasil menekuni usaha tersebut. Selain contoh itu, tentu masih banyak bidang usaha lain yang berpotensi menggantikan pekerjaan kantoran yang sulit didapat.

Ubah Cara Pandang

Untuk mengatasi pengangguran, cara yang paling ampuh adalah dengan mengubah cara pandang dan meningkatkan motivasi. Sedangkan modal kerap hanya dijadikan kambing hitam atas ketidakmampuan mengelola suatu usaha. Padahal, jika diberikan modal cuma-cuma, para penganggur belum tentu bisa membuat usaha sendiri.

Jika output pendidikan kita memiliki cara pandang yang tidak hanya memburu pekerjaan, satu langkah mengatasi pengangguran telah kita buat. Langkah selanjutnya adalah membimbing dan menyediakan mitra bagi para lulusan universitas. Atau paling tidak mereka harus mengetahui apa yang akan diusahakan, bagaimana usaha tersebut, dan kepada siapa harus bermitra. Dengan demikian akan muncul harapan bahwa para sarjana tidak lagi menjadi pengangguran. Semoga!***

Penulis adalah mahasiswi USU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar